Wisuda Doktor Agus Fathuddin Yusuf, Saat Ilmu Menjadi Doa, Toga Menjadi Al-Fatihah



KABARBERITAINDONESIA.COM

Semarang || Sabtu, 23 Agustus 2025 M bertepatan 29 Shafar 1447 H, menjadi hari bersejarah bagi Dr H Agus Fathuddin Yusuf MA. Insan Pers Senior Jawa Tengah, Sekretaris MUI Jawa Tengah, sekaligus dosen FISIP Unwahas Semarang serta salah satu tokoh NU dari Kedungbanteng Banyumas, itu resmi menyandang gelar doktor dari Pascasarjana UIN Walisongo Semarang.


Gelar akademik tertinggi itu ia terima langsung dari Direktur Pascasarjana Prof Dr H Muchyar Fanani, disaksikan Rektor Prof Dr Nizar Ali, dalam wisuda periode Agustus yang tercatat terbanyak sepanjang sejarah IAIN–UIN Walisongo. Menurut Wakil Rektor I Bidang Akademik Prof Dr H Mukhsin Jamil, jumlah lulusan mencapai 2.023 orang, terdiri dari 13 doktor, 72 magister, dan 1.931 sarjana S1.


Sejak berdiri tahun 1970 hingga kini, UIN Walisongo telah meluluskan 504 doktor, 2.550 magister, 55.644 sarjana S1, 1.375 ahli madya, dan 105 ahli muda. “Sah sudah aku menyandang gelar doktor, jenjang akademik paling top yang dicita-citakan banyak orang di dunia kampus,” ungkap Agus penuh syukur.


Namun di balik toga dan senyum haru, tersimpan kisah duka mendalam. Ingatannya melayang pada sosok ayahanda tercinta, H Saliyun Moh Amir, yang wafat pada Senin Kliwon, 28 April 2025, tepat tiga bulan sebelum ujian terbuka promosi doktor.


Satu minggu sebelum berpulang, sang ayah sempat memanggilnya untuk berbincang. Dengan mata berbinar, beliau bertanya tentang kuliah doktoralnya. “Bapak, alhamdulillah ujian tertutup sudah lulus. Tinggal menunggu ujian terbuka. Bapak nanti harus hadir ya...” jawab Agus kala itu. Sang ayah pun memeluknya berulang kali sambil berkata, “Selamat ya, selamat ya. Berkah manfaat.”


Takdir berkata lain. Sang ayah dipanggil Allah SWT sebelum sempat menyaksikan anaknya berdiri di hadapan para profesor penguji. Maka, ketika namanya dipanggil maju saat wisuda, air mata tak tertahan lagi. “Bapak, toga ini kupersembahkan untukmu. Bapak bahagia di surga nggih... al-Fatihah,” bisiknya lirih sambil menahan haru.


Di saat yang sama, ibunda tercinta Hj Siti Nafisah Saliyun tengah terbaring lemah di RSI Sultan Agung Semarang. Beliau tidak dapat hadir saat ujian terbuka promosi doktor karena masih dalam masa iddah. Usai prosesi wisuda, Agus bersama anak-anaknya langsung sowan ke rumah sakit untuk memohon doa restu sekaligus mengabadikan momen penuh makna itu.


“Terima kasih bapakku. Terima kasih ibuku. Gelar ini bukan hanya untukku, tetapi buah doa, kasih sayang, dan pengorbananmu,” ungkap Agus, suaranya bergetar.


Wisuda kali ini pun menjadi bukti, bahwa di balik ilmu setinggi langit, ada doa orang tua yang selalu mengiringi. Restu merekalah yang menjadikan setiap langkah penuh berkah, dan setiap air mata menjadi mutiara kehidupan.


Dan akhirnya, ia menutup dengan kalimat penuh makna kepada awak media, Sabtu tengah malam (23/08/2025), 

“Demikianlah perjalanan panjang ini saya jalani dengan air mata, doa, dan pengorbanan. Bagi saya, gelar doktor bukanlah mahkota dunia, melainkan wasilah untuk semakin menundukkan diri di hadapan Allah SWT. Semua yang saya raih hanyalah titipan-NYA, buah doa bapak dan ibu yang tak pernah putus. Semoga ilmu ini menjadi amal jariyah, bermanfaat bagi umat, dan menjadi jalan keselamatan dunia akhirat.” tutupnya.

( Kontributor : Djarmanto - YF2DOI ) 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama